Jumat, 28 September 2007

PEMANFAATAN SIG

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kegiatan eksplorasi mineral terutama mineral logam telah dikenal sejak awal tahun 1980-an oleh industri pertambangan dan lembaga-lembaga pemerintah di Indonesia. Dalam hal ini SIG pada umumnya hanya diaplikasikan sebagai alat bantu dalam pembuatan peta dan sebagai sistem penyimpanan data (basis data) hasil eksplorasi. Sementara itu perkembangan pemanfaatan SIG dalam kegiatan eksplorasi saat ini telah berkembang dengan pesat terutama di negara-negara maju seperti Australia, Kanada, dan Amerika Serikat. Di negara-negara tersebut SIG tidak saja hanya dimanfaatkan sebagai alat bantu pengganti manusia dalam menghasilkan peta, tetapi juga sudah dimanfaatkan sebagai suatu sistem informasi terpadu yang ditujukan untuk pengambilan keputusan terutama dalam analisis kuantitatif dan integrasi data spasial.

Mengingat belum banyaknya kajian mengenai aplikasi SIG seperti tersebut di atas di Indonesia maka studi ini dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk mempelajari metoda dan teknik dalam SIG yang umum diterapkan dalam analisis kuantitatif dan integrasi data spasial, terutama data spasial yang berhubungan dengan kegiatan eksplorasi mineral logam seperti data geologi, geokimia, geofisika dan penginderaan jauh (remote sensing). Pulau Flores dipilih sebagai daerah studi karena pulau ini berada pada busur magmatik Sunda-Banda yang telah dikenal sebagai wilayah penghasil mineral logam di Indonesia. Hampir 20% dari logam emas di Indonesia dihasilkan dari busur magmatik ini (Gambar 1). Selain itu, beberapa penyelidikan pendahuluan yang dilakukan di pulau ini menunjukkan bahwa pulau ini sangat prospektif bagi keterdapatan mineral logam terutama mineral logam mulia (emas dan perak) dalam bentuk endapan epitermal.



Metoda dan teknik analisis data spasial menggunakan SIG

Secara umum terdapat dua metoda yang dapat digunakan untuk analisa data spasial secara kuantitatif menggunakan SIG yaitu metoda empirikal dan konseptual. Metoda empirikal merupakan metoda yang mendasarkan kajiannya pada hubungan antara lokasi bahan galian atau mineralisasi yang telah diketahui dari hasil eksplorasi sebelumnya dengan kondisi geologi di sekitarnya, salahsatu syarat agar metoda ini dapat digunakan dengan efektif yaitu tersedianya data lokasi mineralisasi yang jumlahnya ditentukan oleh perhitungan statistik tertentu.

Sedangkan metoda konseptual mendasarkan kajiannya pada konsep pembentukan suatu endapan mineral dengan menggunakan sistem mineral (mineral system) (Gambar 2) sebagai acuan dasar. Mineral system didefinisikan sebagai: semua faktor geologi yang berpengaruh pada terbentuknya endapan mineral. Pemahaman yang baik mengenai proses yang terlibat dalam transportasi bijih dari sumbernya sehingga terakumulasi menjadi suatu endapan mineral yang konsentrasinya lebih tinggi dibanding konsentrasi di sumbernya diperlukan untuk dapat mengaplikasikan mineral system pada tipe endapan mineral tertentu. Keuntungan dari penggunaan metoda konseptual dalam analisis kuantitatif dan integrasi data spasial menggunakan SIG adalah tidak dibutuhkannya lokasi bahan galian atau mineralisasi sebagai salahsatu faktor dalam pemetaan potensi mineral sehingga metoda ini dapat diterapkan untuk daerah yang belum dieksplorasi atau tingkat eksplorasinya masih dalam tahap pendahuluan.

Dalam metoda konseptual terdapat beberapa teknik untuk mengintegrasikan data spasial menjadi peta potensi mineralisasi, salahsatunya adalah dengan menggunakan metoda fuzzy logic. Dalam metoda fuzzy logic terdapat beberapa operator dan fungsi diantaranya adalah operator fuzzy AND dan fuzzy OR, dan fungsi fuzzy gamma.

Studi ini menggunakan mineral system untuk mineralisasi emas epitermal dalam analisis data dan mengaplikasikan metoda fuzzy logic dalam integrasi data.

Tidak ada komentar: